Tittle:
Cast:
Belle
Yeolchan
Yerim
Kembang
Api Emas
Terbuai dengan
cerita-cerita indah sebuah novel terkadang membuat Belle tidak menyadari bahwa
semua cerita itu hanya fiktif belaka. Berjam-jam mengelilingi dunia fiktif itu.
Kata demi kata akan terus membuat mu berjalan hingga kalau lupa pada dunia
nyata di sekitar mu. Ya begitulah kiranya, yang sering terjadi pada Belle.
Seperti saat ini, tertunduk asik membaca sebuah buku tebal di pangkuannya.
Belle benar-benar tidak menghiraukan dunia sekiatarnya. Masih asik dengan kata demi
kata yang tergoreskan pada kertas yang sudah mulai berwarna cokelatan. Ahh
mungkin saat ini, jika ada seekor singa mengaung di sampingnya pun Belle tidak
akan menghiraukan singa itu. Jam masih terus berjalan detik demi detik. Langit
diluar juga sudah mulai mengubah warnanya menjadi kuning senja yang indah. Tapi
Belle masih berada di pagi hari dengan suasana dan indahnya embun seperti apa
yang tergambar dalam novel yang sedang ia baca saat ini. Sedikit getar dari
ponsel yang berada di tasnya belum juga bisa menyadar Belle dari lamunannya.
Getar pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Bagaikan angin lalu bagi Belle.
Hingga seorang yang mulai terganggu dengan getar dari ponsel itu, mencoba
menyadarkan sang pemilik ponsel dan juga sang tokoh utama yang sedang berkelana
dalam dunianya.
“Permisi nona,
ponselmu bergetar sedari tadi” ucap orang asing itu pada sang pemiliki ponsel
Belle masih dalam
posisinya. Tertunduk dan sangat menikmati perjalanannya.
“Nona...permisi”
tambah sosok asing yang kini mencoba mengembalikan Belle ke dunia nyatanya
Belle mengedahkan
kepalanya mencoba mencari suara yang telah menghancurkan perjalanan indahnya.
Seketika matanya bersitatap dengan mata hitam pekat yang indah. Bahkan mata itu
layaknya mata-mata indah yang biasa dilukiskan dalam setiap kata di buku yang
pernah ia baca.
“’Ponselmu
nona...dari tadi terus bergetar” ucap sosok dengan mata hitam itu
“Ahh...iya.” Belle
seakan baru tersadar dan dengan segara mencari ponselnya.
“terima kasih” ucap
Belle pada orang asing itu
‘Aishh...aku lupa.
Ini sudah dimana ya’ ucap Belle pada dirinya sendiri sambil tetap menatap layar
ponsel 5 inc miliknya.
“Eum, maaf ini sudah
sampai dimana ya?” tanya Belle pada orang yang sedari tadi sebenarnya masih
memerhatikan Belle dari sudut matanya.
“Ini sudah mau sampai
stasiun terakhir” jawab sosok asing itu dengan kembali menoleh pada Belle
“Ahhh...stasiun
terakhir” ucap Bella yang setengah berteriak.
“Iya...” lanjut sosok
asing itu tampak bingung dengan reaksi Belle
“Bagaimana
ini....sudahterlewat, huhh”tambah Belle dengan hembusan nafasnya
“Eum, kalau boleh tau
memangnya kau mau kemana?”
“Aku harus turun di
stasiun ketiga sebelum stasiun terakhir, tapi ini sudah terlewat dan bagaimana
ini”jawab Belle dengan nada paniknya
“Eum, nampaknya kau
tidak terbiasa menaiki kereta di daerah ini?” tanya sosok asing itu kembali
“Iya” Jawan Belle
lemas sambil tertunduk dan mencoba menekan-nekan beberapa nomor di ponselnya.
Kereta yang kini
membawa Belle entah kemana terus berjalan. Belle masih sibuk dengan pembicaraan
dengan seseorang dibalik ponsel. Sedang sosok asing yang sedari tadi masih
bertanya-tanya dan heran pada Belle masih tetap memerhatikan Belle dari sudut
matanya. Dalam hitungan beberapa menit Belle pun meletakan kembali ponselnya
dan memasang raut wajah yang jelas bingung.
Sosok asing dengan
badan tinggi tegap, wajah dengan rahang yang tegas, mata hitam pekat walau mata
itu cukup sipit, rambut berwarna kecokelatan yang dipangkas sangat sesuai
dengan wajahnya masih tetap memerhatikan Belle dari sudut matanya. Sampai
ketika objek yang diperhatikan itu sadar.
“Maaf...” Sosok
laki-laki asing itu menngucapkan kata maaf di ikuti dengan tundukan kepalanya
pada Belle
“Boleh aku bertanya?”ucap
Belle ragu pada laki-laki asing itu
“Ya, tentu saja boleh’”jawab
laki-laki itu
“Apakah masih ada
kereta ini akan kembali ke stasiun awalnya ketika sudah sampai di stasiun
terakhir?”
“Kurasa kau
benar-benar orang baru disini. Ini adalah kereta terakhir di untuk hari ini.”jelas
lelaki asing itu pada Belle
“Kau serius?? Ahh lalu
apa yang harus aku lakukan”
“Eum, boleh aku
bertanya sebelumnya. Kau ingin pergi kemana?”
“Aku seharusnya
mengunjungi nenek dan kakek ku dan turun di tiga stasiun sebelum stasiun akhir.
Ayah dan ibu ku sudah berada disana dan aku benar-benar belum pernah berkunjung
ke daerah ini. Jadi apa yang harus aku lakukan.”
“Ku rasa kau memang
sangat sial nona. Aku juga bingung harus memberimu saran seperti apa. Mungkin
kau bisa menginap di stasiun terakhir sampai lusa.”
“Apa?menginap di
stasiun sampai lusa?kau gila? Aku akan menyewa kamar hotel di sekitar stasiun
saja dan kembali dengan kereta paling pagi esok hari.”
“Maaf nona, tapi
sepertinya aku harus memberitahu kau kembali. Besok tidak akan ada kereta yang beroperasi karena setiap satu
hari sebelum pergantian tahun kereta sudah tidak beroperasi. Dan mengenai hotel
dapat kupastikan semua hotel di desa ini
sudah penuh. Ya, walau kau berpikir daerah ini hanya desa kecil tapi cukup
banyak wisatawan yang menghabiskan malam pergantian tahunnya di desa ini.”
“Lantas bagaimana
nasib ku....aishh aku benar-benar benci desa ini”
Laki-laki asing itu
belum sempat melanjutkan ucapannya, tapi Belle sudah asik mengomel pada
seseorang diseberang ponselnya. Masih sibuk dengan keluhan dan gerutunya kepada
ponsel pintar itu. Belle kembali di sadarkan dengan gerakan tubuh laki-laki
asing itu yang menandakan bahwa kereta yang ditumpanginya sudah sampai di
stasiun terakhir. Belle pun mematikan sambungan ponselnya. Lalu iya menurunkan
barang bawaannya dan bergegas turun ke dari kereta. Belle masih terpaku di
peron kereta yang saat itu keadaanya cukup lengang. Mungkin karena kereta yang
dinaikinya adalah kereta terakhir. Dengan wajah yang bertambah kusutnya Belle
mengeluarkan kembali ponsel pintar yang sedari tadi jadi sasaran marahnya.
Namun nampaknya memang kesialan saat ini masih membuntutti Belle, ya bagaimana
tidak. Baterai ponselnya habis di saat yang tidak tepat. Kepala belle mencoba
mencari-cari tempat untuk mengisi baterai ponselnya namun sayang stasiun
sebesar ini masih belum dilengkapi fasilitas-fasilitas penting seperti tempat
pengisian baterai ponsel.
Sosok laki-laki asing
yang sedari tadi masih memerhatikan Belle melangkah mendekati Belle.
“Maaf, sepertinya kau
membutuhkan bantuan. Aku bisa menawarkan sedikit bantuan.”
“Bantuan apa?” balas
Belle pada laki-laki asing itu
“Aku tinggal tidak
jauh dari stasiun ini kalau kau mau, kau bisa menginap dirumahku. Tenang saja
kau laki-laki baik. Dirumah itu ada ibu dan adik perempuanku. Kau bisa bermalam
dikamar adik perempuanku itu. Dan besok kau juga bisa stay dirumah ku sampai
hari pertama di tahun baru. Barulah nanti aku akan mengantar mu ke stasiun ini
lagi, bagaimana?”
Belle mendengarkan
bantuan yang ditawarkan orang asing yang baru saja ia kenal itu. Otak cukup
lama berpikir. Ada rasa takut dan khawatir bagaimana kalau oran itu sebenarnya
adalah orang yang berniat jahat pada Belle. Tapi jika ia mengabaikan tawaran
itu bagaimana mungkin ia terlunta-lunta di desa yang bahkan tidak ia ketahui
namanya ini. Cukup lama Belle menimbang-nimbang tawaran laki-laki hingga pada
akhirnya ia setuju.
***
Belle sudah berganti
pakaian dengan baju tidur miliknya. Masih duduk dihalaman depan rumah sang
laki-laki asing itu dengan segelas cokelat hangat dihadapannya. Udara saat ini
memang sangat dingin. Salju baru saja berhenti turun beberapa menit yang lalu.
Ia benar-benar memilih pilihan yang tepat, karena ternyata laki-laki asing itu
tidak jahat. Bahkan keluarganya sangat baik. Ibunya menyambut Belle dengan
sangat ramah setelah mendengarkan penjelasan dari anak laki-lakinya itu. Adik
perempuan laki-laki itu juga tak kalah ramah, dia 5 tahun lebih muda dari
Belle. Beberapa menit duduk sendiri, hingga tak ada sadar ada yang datang.
Laki-laki asing yang telah menjadi penolong hari ini sudah duduk persis
disampingnya. Laki-laki itu membawakan sweter hangat dan memberikannya pada
Belle
“Pakailah ini...”
“Terima kasih” ucap
Belle seraya mengambil sweter yang dibawa laki-laki. Ia memakai sweter yang
sebenarnya cukup kebesaran untuk ukuran tubuh Belle.
“Maaf sepertinya
tubuh seperti dimakan sweter itu...hahaha” ucap laki-laki asing itu meledek dan
kemudian tertawa
“Aishh...hahaha. Ini
pasti sweter kau Yeolchan”
“Iya iya, maaf aku
hanya ada itu. Lagi pula kalau aku pinjamin kau sweter Yerim pasti tidak muat”
“Heyy, Yeolchan badan
ku kan tidak jauh beda dengan adikmu itu”
“Hahaha, ya tapi aku
tidak tahu dimana Yerim menyimpan sweternya, dan lagi Yerim sudah tidur.”
“Eumm, kau mengapa
belum tidur?”
“Bagaimana aku bisa
tidur kalau di halaman rumahku masih ada wanita yang duduk termenung tanpa
pakaian hangat dan sibuk dengan lamunannya.”
“Hehh...maafkan aku.
Baiklah aku akan masuk dan pergi tidur.”
“Ehh, tidak apa-apa
kalau kau masih mau duduk disini. Aku hanya bercanda. Lagi pula aku memang
belum ngantuk Bell.”
Malam itu menjadi
malam panjang bagi Belle dan Yeolchan. Mereka saling bertukar informasi.
Terlebih Yeolchan dia menceritkan banyak pada Belle tentang desanya itu. Belle
pun tak menyia-nyiakan malam itu. Ia banyak belajar tentang desa itu dari
Yeolchan. Hingga benar-benar larut dan mereka kembali masuk kerumah Yeolchan
dan terlelap di kamarnya masing-masing.
Matahari sudah
meningga dan menandakan waktu sudah pagi, suara ayam berkukuk pun sudah nyaring
terdengar. Pagi pertama Belle di desa ini. Setelah semalam kemarin Yeolchan
menceritakan tentang desa ini, Belle setidaknya sudah tahu aktivitas apa yang
dilakukan masyarakat desa di pagi hari diakhir tahun. Belle mulai mengikuti
aktivitas yang ada di rumah Yeolchan. Ia membantu ibu Yeolchan, lalu pergi
bersama Yerim kepasar dan terakhir ia juga memerhatikan apa yang dikerjakan
Yeolchan pada hari itu. Hingga tak terasa hari terus beranjak bahkan matahari
sudah mulai turun ke ufuk barat. Tinggal beberapa menit lagi waktu akan
memasuki malam, yang artinya akan memasuk malam pergantian tahun. Jika
dimalam-malam pergantian tahun sebelumnya, Belle akan menghabiskan waktu
berjalan-jalan dipusat kota bersama teman-temannya, tapi sangat berbeda malam
ini. Ia harus terjebak di desa antah berantah yang sepertinya tidak akan ada
perayaan spesial untuk tahun baru disini. Belle yakin orang-orang yang datang
ke desa ini untuk merayakan malam pergantian tahun pasti maksudnya adalah untuk
mengindar dari hingar bingar kota, karena mana mungkin di desa seperti ini aka
ada perayaan pergantian tahun. Langit senja masih menghiasi desa ini, Belle
masih terduduk ditempat yang sama seperti malam kemarin. Sedikit meratapi
nasibnya yang harus terjebak di desa ini.
“Hi, kakak Belle.” Sapa Yerim adik Yeolchan
“Hi, Yerim”
“Sedang apa kak,
duduk sendiri disini. Apa asiknya”
“Hehe, ya memang
tidak asik, tapi apa lagi yang aku bisa kerjakan saat ini.”
“Loh, kakak tidak
ingin ke pinggir sungai Hun? “
“Hah pinggir sungai? Untuk
apa?”
“Ahhh nampaknya Kak
Yeol belum menceritakan pada kakak ya. Setiap malam pergantian tahun disini,
kami masyarakat desa dan juga para pengunjung yang datang ke desa ini pasti
pergi ke pinggir sungai Hun. Disana akan ada perayaan malam tahun baru yang
sangat meriah. Bahkan banyak turis asing yang juga datang. Akan ada pesta
kembangan api.”
“Hahh? Benarkah itu? Ada
perayaan malam tahun baru juga disini, aishh kenapa Yeolchan tidak memberi tahu
ku.”
“Hahaha, sepertinya
kak Yeol lupa memberi tahu kakak. Maklumlah dia sudah tu....”
“Heyy, Yerim aku
mendengarmu ya. Kau ingin bilan aku apa?” tiba-tiba saja Yeolchan berteriak
pada adiknya itu, ia sedang berjalan keluar dari rumah dan hendak menghampiri
Belle dan Yerim.
“Aishh, dasar telinga
besar, kau mendengar saja apa yang aku katakan”balas Yerim pada kakak
laki-lakinya itu
Belle yang
menyaksikan adegan ini hanya tertaw dibuatnya. Yeolchan pun duduk bersama Yerim
dan Belle.
“Jadi, kenapa kau
tidak memberi tahu ku kalau disini ada perayaan tahun baruuu” ucap Belle pada
Yeolchan
“Aishh, aku berpikir
kau tidak akan suka dengan perayaan disini, bukannya kau sendiri yang bercerita
selalu menghabiskan malam pergantian tahun dipusat kota.”
“Mana mungkin kak
Belle tidak akan suka. Perayaan di desa kita ini sangat baik. Bahkan turis luar
negeri pun suka datang kesini.” Timpla Yerim
“Huh, maksudku bukan
begitu Yeolchan. Ah, betul itu Yerim aku jadi penasaran dengan perayaan di
sungai Hun itu.”
“Ayo, kak Belle. Kita
bergegas ganti pakaian dan nanti kita pergi ke sungai Hun” ajak Yerim sambil
menarik tangan Belle
“Hey, Yerim. Ibu tidak
akan mengizinkan kau pergi tanpa aku. Terlebih kau mengajak Belle”
“Yasudah kau ikut
saja Yeolchan yayaya....”pinta Belle
“Hmmmm, baiklah aku
akan pergi bersama kalian. Tapi dengan satu catata, rapi-rapilah yang cepat aku
tidak mau menunggu lama.”
“Baiklah kak Yeol,
ayo kak Belle kita harus bergegas”Yerim sangat bersemangat dan menarik Belle
masuk kerumah untuk bersiap-siap.
***
Belle tidak hanya
pergi ke pinggir sungai Hun bersama Yerim dan Yeolchan tapi juga bersama Ibu
Yeolchan. Benar yang dibilang Yerim tempat ini memang ramai sekali oleh para
pengunjung dan masyarakat desa yang ingin menyaksikan pesta kembang api. Yerim
dan ibunya terpisah dari Yeolchan dan Belle. Mereka sepertinya membeli beberapa
jajanan yang tersedia disepanjang pinggir sungai. Waktu masih menunjukan
beberapa menit lagi menuju pergantian tahun. Untung sekali salju telah berhenti
turun sejak tadi sore walau masih menyisakan udara dingin yang bisa membuat
kita beku. Belle sudah mengenakan pakaian hangat terbaiknya, tapi dia masih
merasa kedinginan. Belle mengeratkan lagi syal yang membelut lehernya sambil
menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya yang tanpa sarung tangan itu.
Yeolchan bediri disamping Belle menatap lurus ke arah sungai Hun. Belle yang
terus menggosok-gosokkan kedua telapak tangan akhirnya mengalihkan perhatian
Yeolchan.
“Kau tidak memakai
sarung tangan?” tanya Yeolchan
“Tidak aku lupa
membawa sarung tangan” jawab Belle seraya berharap Yeolchan akan
membantunya. Tapi ternyata Yeolchan
malah kembali menatap lurus ke depan. Belle yang melihat itu sedikit kesal dan
kembali menghangatkan tangannya. Tiba-tiba saja Yeolchan memasangkan sarung
tangan ke tangan kiri Belle. Tanpa Belle sadari tadi Yeolchan sedang melepas
sarung tangan miliknya. Selesai itu, Yeolchan menggenggam tangan kanan Belle
dan memasukkannya kesaku mantel hanget milik Yeolchan sambil terus menggenggam
tangan Belle. Belle yang mendapat perlakuan seperti itu, sangat terkejut dna
menatap Yeolchan dalam-dalam. Ia berusaha menari ktangan kanannya. Tapi
Yeolchan menggenggamnya lagi. Hingga beberapa kali Belle mencoba melepas
genggamana tangan Yeolchan itu
“Tanganmu dinginkan,
jadi sudah diam saja. Aku hanya punya sepasang sarung tangan dan tidak mungkin
aku memberikannya padamu. Aku bisa mati beku juga. Jadi kita pakai sarung
tangan itu berdua satu ditangan kirimu satu lagi ditangan kiriku. Nah aku
mengenggam tangan mu. Agar bisa sama menghangatkannya.” Jelas Yeolchan sambil
terus menatap ke depan.
“Ahh ya baiklah.” balas
Belle sambil terus menatap ke arah Yeolchan dalam-dalam. Tanpa Belle sadari
detik-detik pergantian tahun sudah tiba. Suara kembang api menggelegar dilangit
sungai Hun. Belle dengan seketika mengalihkan pandangannya ke depan
“Indah sekali bukan.”ucap
Yeolchan
“hah apa? Ya ini
indah tapi ini sama saja seperti pesta kembang api biasa, huh. Kau dan Yerim
bilang akan ada kembang api spesia”
“Heyy yak, Belle apa
kau tidak melihat kembang api yang pertama tadi?” ucap Yeolchan sambil menoleh
ke arah Belle
“kembang api pertama?
Yang berwaran hijau itukan?”
“Yakk...bukan itu
Belle. Kembang api berwarna keemasan tadi. Huh...”
“Tidak...yahh aku
melewatkannya kah?”
“Huhh, kau memang
nona yang selalu kelewatan ya.”
“Heyy apa yang bilang
Yeolchan”
“Iya kau nona
kelewatan. Terlewat stasiun pemberhentian dan sekarang terlewat kembang api
pertama”
“Heyy yakk Yeolchan
jelek.......”
Malam pergantian
tahun Belle yang pertama di sungai Hun. Mereka masih menghabiskan waktu
disisa-sisa pesta kembang itu dengan berdebat hal-hal tidak penting. Masih
dengan posisi yang sama. Yeolchan yang menggenggam tangan Belle didalam saku
mantelnya. Ada sesuatu yang dirasakan Belle. Sensasi baru merayakan pergantian
tahun di pinggi sungai Hun dan ada sensasi baru yang menghinggapi hati nya.
Entah apa sensasi itu tapi ia sangat menikmati malam tahun baru ini , meski
harus terpisah dari keluarga.
“Yeolchan dimana ibumu
dan Yerim>”
“Mungkin mereka sudah
pulang.”
“Hmmm, begitu.
Yeolchannnn, aku lapar. Ayo kita beli sesuatu”
“Oke........kau yang
akan membayarnyakan Belle?? Hahhaha”
“hehhh....yakkk
Yeolchannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn”
END
0 komentar:
Posting Komentar