Kembang Api Emas

by 10.19 0 komentar
Tittle:

Kembang Api Emas

Cast:

Belle
Yeolchan
Yerim

Kembang Api Emas

Terbuai dengan cerita-cerita indah sebuah novel terkadang membuat Belle tidak menyadari bahwa semua cerita itu hanya fiktif belaka. Berjam-jam mengelilingi dunia fiktif itu. Kata demi kata akan terus membuat mu berjalan hingga kalau lupa pada dunia nyata di sekitar mu. Ya begitulah kiranya, yang sering terjadi pada Belle. Seperti saat ini, tertunduk asik membaca sebuah buku tebal di pangkuannya. Belle benar-benar tidak menghiraukan dunia sekiatarnya. Masih asik dengan kata demi kata yang tergoreskan pada kertas yang sudah mulai berwarna cokelatan. Ahh mungkin saat ini, jika ada seekor singa mengaung di sampingnya pun Belle tidak akan menghiraukan singa itu. Jam masih terus berjalan detik demi detik. Langit diluar juga sudah mulai mengubah warnanya menjadi kuning senja yang indah. Tapi Belle masih berada di pagi hari dengan suasana dan indahnya embun seperti apa yang tergambar dalam novel yang sedang ia baca saat ini. Sedikit getar dari ponsel yang berada di tasnya belum juga bisa menyadar Belle dari lamunannya. Getar pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Bagaikan angin lalu bagi Belle. Hingga seorang yang mulai terganggu dengan getar dari ponsel itu, mencoba menyadarkan sang pemilik ponsel dan juga sang tokoh utama yang sedang berkelana dalam dunianya.
“Permisi nona, ponselmu bergetar sedari tadi” ucap orang asing itu pada sang pemiliki ponsel
Belle masih dalam posisinya. Tertunduk dan sangat menikmati perjalanannya.
“Nona...permisi” tambah sosok asing yang kini mencoba mengembalikan Belle ke dunia nyatanya
Belle mengedahkan kepalanya mencoba mencari suara yang telah menghancurkan perjalanan indahnya. Seketika matanya bersitatap dengan mata hitam pekat yang indah. Bahkan mata itu layaknya mata-mata indah yang biasa dilukiskan dalam setiap kata di buku yang pernah ia baca.
“’Ponselmu nona...dari tadi terus bergetar” ucap sosok dengan mata hitam itu
“Ahh...iya.” Belle seakan baru tersadar dan dengan segara mencari ponselnya.
“terima kasih” ucap Belle pada orang asing itu
‘Aishh...aku lupa. Ini sudah dimana ya’ ucap Belle pada dirinya sendiri sambil tetap menatap layar ponsel 5 inc miliknya.
“Eum, maaf ini sudah sampai dimana ya?” tanya Belle pada orang yang sedari tadi sebenarnya masih memerhatikan Belle dari sudut matanya.
“Ini sudah mau sampai stasiun terakhir” jawab sosok asing itu dengan kembali menoleh pada Belle
“Ahhh...stasiun terakhir” ucap Bella yang setengah berteriak.
“Iya...” lanjut sosok asing itu tampak bingung dengan reaksi Belle
“Bagaimana ini....sudahterlewat, huhh”tambah Belle dengan hembusan nafasnya
“Eum, kalau boleh tau memangnya kau mau kemana?”
“Aku harus turun di stasiun ketiga sebelum stasiun terakhir, tapi ini sudah terlewat dan bagaimana ini”jawab Belle dengan nada paniknya
“Eum, nampaknya kau tidak terbiasa menaiki kereta di daerah ini?” tanya sosok asing itu kembali
“Iya” Jawan Belle lemas sambil tertunduk dan mencoba menekan-nekan beberapa nomor di ponselnya.
Kereta yang kini membawa Belle entah kemana terus berjalan. Belle masih sibuk dengan pembicaraan dengan seseorang dibalik ponsel. Sedang sosok asing yang sedari tadi masih bertanya-tanya dan heran pada Belle masih tetap memerhatikan Belle dari sudut matanya. Dalam hitungan beberapa menit Belle pun meletakan kembali ponselnya dan memasang raut wajah yang jelas bingung.
Sosok asing dengan badan tinggi tegap, wajah dengan rahang yang tegas, mata hitam pekat walau mata itu cukup sipit, rambut berwarna kecokelatan yang dipangkas sangat sesuai dengan wajahnya masih tetap memerhatikan Belle dari sudut matanya. Sampai ketika objek yang diperhatikan itu sadar.
“Maaf...” Sosok laki-laki asing itu menngucapkan kata maaf di ikuti dengan tundukan kepalanya pada Belle
“Boleh aku bertanya?”ucap Belle ragu pada laki-laki asing itu
“Ya, tentu saja boleh’”jawab laki-laki itu
“Apakah masih ada kereta ini akan kembali ke stasiun awalnya ketika sudah sampai di stasiun terakhir?”
“Kurasa kau benar-benar orang baru disini. Ini adalah kereta terakhir di untuk hari ini.”jelas lelaki asing itu pada Belle
“Kau serius?? Ahh lalu apa yang harus aku lakukan”
“Eum, boleh aku bertanya sebelumnya. Kau ingin pergi kemana?”
“Aku seharusnya mengunjungi nenek dan kakek ku dan turun di tiga stasiun sebelum stasiun akhir. Ayah dan ibu ku sudah berada disana dan aku benar-benar belum pernah berkunjung ke daerah ini. Jadi apa yang harus aku lakukan.”
“Ku rasa kau memang sangat sial nona. Aku juga bingung harus memberimu saran seperti apa. Mungkin kau bisa menginap di stasiun terakhir sampai lusa.”
“Apa?menginap di stasiun sampai lusa?kau gila? Aku akan menyewa kamar hotel di sekitar stasiun saja dan kembali dengan kereta paling pagi esok hari.”
“Maaf nona, tapi sepertinya aku harus memberitahu kau kembali. Besok tidak akan  ada kereta yang beroperasi karena setiap satu hari sebelum pergantian tahun kereta sudah tidak beroperasi. Dan mengenai hotel dapat kupastikan  semua hotel di desa ini sudah penuh. Ya, walau kau berpikir daerah ini hanya desa kecil tapi cukup banyak wisatawan yang menghabiskan malam pergantian tahunnya di desa ini.”
“Lantas bagaimana nasib ku....aishh aku benar-benar benci desa ini”
Laki-laki asing itu belum sempat melanjutkan ucapannya, tapi Belle sudah asik mengomel pada seseorang diseberang ponselnya. Masih sibuk dengan keluhan dan gerutunya kepada ponsel pintar itu. Belle kembali di sadarkan dengan gerakan tubuh laki-laki asing itu yang menandakan bahwa kereta yang ditumpanginya sudah sampai di stasiun terakhir. Belle pun mematikan sambungan ponselnya. Lalu iya menurunkan barang bawaannya dan bergegas turun ke dari kereta. Belle masih terpaku di peron kereta yang saat itu keadaanya cukup lengang. Mungkin karena kereta yang dinaikinya adalah kereta terakhir. Dengan wajah yang bertambah kusutnya Belle mengeluarkan kembali ponsel pintar yang sedari tadi jadi sasaran marahnya. Namun nampaknya memang kesialan saat ini masih membuntutti Belle, ya bagaimana tidak. Baterai ponselnya habis di saat yang tidak tepat. Kepala belle mencoba mencari-cari tempat untuk mengisi baterai ponselnya namun sayang stasiun sebesar ini masih belum dilengkapi fasilitas-fasilitas penting seperti tempat pengisian baterai ponsel.
Sosok laki-laki asing yang sedari tadi masih memerhatikan Belle melangkah mendekati Belle.
“Maaf, sepertinya kau membutuhkan bantuan. Aku bisa menawarkan sedikit bantuan.”
“Bantuan apa?” balas Belle pada laki-laki asing itu
“Aku tinggal tidak jauh dari stasiun ini kalau kau mau, kau bisa menginap dirumahku. Tenang saja kau laki-laki baik. Dirumah itu ada ibu dan adik perempuanku. Kau bisa bermalam dikamar adik perempuanku itu. Dan besok kau juga bisa stay dirumah ku sampai hari pertama di tahun baru. Barulah nanti aku akan mengantar mu ke stasiun ini lagi, bagaimana?”
Belle mendengarkan bantuan yang ditawarkan orang asing yang baru saja ia kenal itu. Otak cukup lama berpikir. Ada rasa takut dan khawatir bagaimana kalau oran itu sebenarnya adalah orang yang berniat jahat pada Belle. Tapi jika ia mengabaikan tawaran itu bagaimana mungkin ia terlunta-lunta di desa yang bahkan tidak ia ketahui namanya ini. Cukup lama Belle menimbang-nimbang tawaran laki-laki hingga pada akhirnya ia setuju.
***
Belle sudah berganti pakaian dengan baju tidur miliknya. Masih duduk dihalaman depan rumah sang laki-laki asing itu dengan segelas cokelat hangat dihadapannya. Udara saat ini memang sangat dingin. Salju baru saja berhenti turun beberapa menit yang lalu. Ia benar-benar memilih pilihan yang tepat, karena ternyata laki-laki asing itu tidak jahat. Bahkan keluarganya sangat baik. Ibunya menyambut Belle dengan sangat ramah setelah mendengarkan penjelasan dari anak laki-lakinya itu. Adik perempuan laki-laki itu juga tak kalah ramah, dia 5 tahun lebih muda dari Belle. Beberapa menit duduk sendiri, hingga tak ada sadar ada yang datang. Laki-laki asing yang telah menjadi penolong hari ini sudah duduk persis disampingnya. Laki-laki itu membawakan sweter hangat dan memberikannya pada Belle
“Pakailah ini...”
“Terima kasih” ucap Belle seraya mengambil sweter yang dibawa laki-laki. Ia memakai sweter yang sebenarnya cukup kebesaran untuk ukuran tubuh Belle.
“Maaf sepertinya tubuh seperti dimakan sweter itu...hahaha” ucap laki-laki asing itu meledek dan kemudian tertawa
“Aishh...hahaha. Ini pasti sweter kau Yeolchan”
“Iya iya, maaf aku hanya ada itu. Lagi pula kalau aku pinjamin kau sweter Yerim pasti tidak muat”
“Heyy, Yeolchan badan ku kan tidak jauh beda dengan adikmu itu”
“Hahaha, ya tapi aku tidak tahu dimana Yerim menyimpan sweternya, dan lagi Yerim sudah tidur.”
“Eumm, kau mengapa belum tidur?”
“Bagaimana aku bisa tidur kalau di halaman rumahku masih ada wanita yang duduk termenung tanpa pakaian hangat dan sibuk dengan lamunannya.”
“Hehh...maafkan aku. Baiklah aku akan masuk dan pergi tidur.”
“Ehh, tidak apa-apa kalau kau masih mau duduk disini. Aku hanya bercanda. Lagi pula aku memang belum ngantuk Bell.”
Malam itu menjadi malam panjang bagi Belle dan Yeolchan. Mereka saling bertukar informasi. Terlebih Yeolchan dia menceritkan banyak pada Belle tentang desanya itu. Belle pun tak menyia-nyiakan malam itu. Ia banyak belajar tentang desa itu dari Yeolchan. Hingga benar-benar larut dan mereka kembali masuk kerumah Yeolchan dan terlelap di kamarnya masing-masing.
Matahari sudah meningga dan menandakan waktu sudah pagi, suara ayam berkukuk pun sudah nyaring terdengar. Pagi pertama Belle di desa ini. Setelah semalam kemarin Yeolchan menceritakan tentang desa ini, Belle setidaknya sudah tahu aktivitas apa yang dilakukan masyarakat desa di pagi hari diakhir tahun. Belle mulai mengikuti aktivitas yang ada di rumah Yeolchan. Ia membantu ibu Yeolchan, lalu pergi bersama Yerim kepasar dan terakhir ia juga memerhatikan apa yang dikerjakan Yeolchan pada hari itu. Hingga tak terasa hari terus beranjak bahkan matahari sudah mulai turun ke ufuk barat. Tinggal beberapa menit lagi waktu akan memasuki malam, yang artinya akan memasuk malam pergantian tahun. Jika dimalam-malam pergantian tahun sebelumnya, Belle akan menghabiskan waktu berjalan-jalan dipusat kota bersama teman-temannya, tapi sangat berbeda malam ini. Ia harus terjebak di desa antah berantah yang sepertinya tidak akan ada perayaan spesial untuk tahun baru disini. Belle yakin orang-orang yang datang ke desa ini untuk merayakan malam pergantian tahun pasti maksudnya adalah untuk mengindar dari hingar bingar kota, karena mana mungkin di desa seperti ini aka ada perayaan pergantian tahun. Langit senja masih menghiasi desa ini, Belle masih terduduk ditempat yang sama seperti malam kemarin. Sedikit meratapi nasibnya yang harus terjebak di desa ini.
 “Hi, kakak Belle.” Sapa Yerim adik Yeolchan
“Hi, Yerim”
“Sedang apa kak, duduk sendiri disini. Apa asiknya”
“Hehe, ya memang tidak asik, tapi apa lagi yang aku bisa kerjakan saat ini.”
“Loh, kakak tidak ingin ke pinggir sungai Hun? “
“Hah pinggir sungai? Untuk apa?”
“Ahhh nampaknya Kak Yeol belum menceritakan pada kakak ya. Setiap malam pergantian tahun disini, kami masyarakat desa dan juga para pengunjung yang datang ke desa ini pasti pergi ke pinggir sungai Hun. Disana akan ada perayaan malam tahun baru yang sangat meriah. Bahkan banyak turis asing yang juga datang. Akan ada pesta kembangan api.”
“Hahh? Benarkah itu? Ada perayaan malam tahun baru juga disini, aishh kenapa Yeolchan tidak memberi tahu ku.”
“Hahaha, sepertinya kak Yeol lupa memberi tahu kakak. Maklumlah dia sudah tu....”
“Heyy, Yerim aku mendengarmu ya. Kau ingin bilan aku apa?” tiba-tiba saja Yeolchan berteriak pada adiknya itu, ia sedang berjalan keluar dari rumah dan hendak menghampiri Belle dan Yerim.
“Aishh, dasar telinga besar, kau mendengar saja apa yang aku katakan”balas Yerim pada kakak laki-lakinya itu
Belle yang menyaksikan adegan ini hanya tertaw dibuatnya. Yeolchan pun duduk bersama Yerim dan Belle.
“Jadi, kenapa kau tidak memberi tahu ku kalau disini ada perayaan tahun baruuu” ucap Belle pada Yeolchan
“Aishh, aku berpikir kau tidak akan suka dengan perayaan disini, bukannya kau sendiri yang bercerita selalu menghabiskan malam pergantian tahun dipusat kota.”
“Mana mungkin kak Belle tidak akan suka. Perayaan di desa kita ini sangat baik. Bahkan turis luar negeri pun suka datang kesini.” Timpla Yerim
“Huh, maksudku bukan begitu Yeolchan. Ah, betul itu Yerim aku jadi penasaran dengan perayaan di sungai Hun itu.”
“Ayo, kak Belle. Kita bergegas ganti pakaian dan nanti kita pergi ke sungai Hun” ajak Yerim sambil menarik tangan Belle
“Hey, Yerim. Ibu tidak akan mengizinkan kau pergi tanpa aku. Terlebih kau mengajak Belle”
“Yasudah kau ikut saja Yeolchan yayaya....”pinta Belle
“Hmmmm, baiklah aku akan pergi bersama kalian. Tapi dengan satu catata, rapi-rapilah yang cepat aku tidak mau menunggu lama.”
“Baiklah kak Yeol, ayo kak Belle kita harus bergegas”Yerim sangat bersemangat dan menarik Belle masuk kerumah untuk bersiap-siap.
***
Belle tidak hanya pergi ke pinggir sungai Hun bersama Yerim dan Yeolchan tapi juga bersama Ibu Yeolchan. Benar yang dibilang Yerim tempat ini memang ramai sekali oleh para pengunjung dan masyarakat desa yang ingin menyaksikan pesta kembang api. Yerim dan ibunya terpisah dari Yeolchan dan Belle. Mereka sepertinya membeli beberapa jajanan yang tersedia disepanjang pinggir sungai. Waktu masih menunjukan beberapa menit lagi menuju pergantian tahun. Untung sekali salju telah berhenti turun sejak tadi sore walau masih menyisakan udara dingin yang bisa membuat kita beku. Belle sudah mengenakan pakaian hangat terbaiknya, tapi dia masih merasa kedinginan. Belle mengeratkan lagi syal yang membelut lehernya sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya yang tanpa sarung tangan itu. Yeolchan bediri disamping Belle menatap lurus ke arah sungai Hun. Belle yang terus menggosok-gosokkan kedua telapak tangan akhirnya mengalihkan perhatian Yeolchan.
“Kau tidak memakai sarung tangan?” tanya Yeolchan
“Tidak aku lupa membawa sarung tangan” jawab Belle seraya berharap Yeolchan akan membantunya.  Tapi ternyata Yeolchan malah kembali menatap lurus ke depan. Belle yang melihat itu sedikit kesal dan kembali menghangatkan tangannya. Tiba-tiba saja Yeolchan memasangkan sarung tangan ke tangan kiri Belle. Tanpa Belle sadari tadi Yeolchan sedang melepas sarung tangan miliknya. Selesai itu, Yeolchan menggenggam tangan kanan Belle dan memasukkannya kesaku mantel hanget milik Yeolchan sambil terus menggenggam tangan Belle. Belle yang mendapat perlakuan seperti itu, sangat terkejut dna menatap Yeolchan dalam-dalam. Ia berusaha menari ktangan kanannya. Tapi Yeolchan menggenggamnya lagi. Hingga beberapa kali Belle mencoba melepas genggamana tangan Yeolchan itu
“Tanganmu dinginkan, jadi sudah diam saja. Aku hanya punya sepasang sarung tangan dan tidak mungkin aku memberikannya padamu. Aku bisa mati beku juga. Jadi kita pakai sarung tangan itu berdua satu ditangan kirimu satu lagi ditangan kiriku. Nah aku mengenggam tangan mu. Agar bisa sama menghangatkannya.” Jelas Yeolchan sambil terus menatap ke depan.
“Ahh ya baiklah.” balas Belle sambil terus menatap ke arah Yeolchan dalam-dalam. Tanpa Belle sadari detik-detik pergantian tahun sudah tiba. Suara kembang api menggelegar dilangit sungai Hun. Belle dengan seketika mengalihkan pandangannya ke depan
“Indah sekali bukan.”ucap Yeolchan
“hah apa? Ya ini indah tapi ini sama saja seperti pesta kembang api biasa, huh. Kau dan Yerim bilang akan ada kembang api spesia”
“Heyy yak, Belle apa kau tidak melihat kembang api yang pertama tadi?” ucap Yeolchan sambil menoleh ke arah Belle
“kembang api pertama? Yang berwaran hijau itukan?”
“Yakk...bukan itu Belle. Kembang api berwarna keemasan tadi. Huh...”
“Tidak...yahh aku melewatkannya kah?”
“Huhh, kau memang nona yang selalu kelewatan ya.”
“Heyy apa yang bilang Yeolchan”
“Iya kau nona kelewatan. Terlewat stasiun pemberhentian dan sekarang terlewat kembang api pertama”
“Heyy yakk Yeolchan jelek.......”
Malam pergantian tahun Belle yang pertama di sungai Hun. Mereka masih menghabiskan waktu disisa-sisa pesta kembang itu dengan berdebat hal-hal tidak penting. Masih dengan posisi yang sama. Yeolchan yang menggenggam tangan Belle didalam saku mantelnya. Ada sesuatu yang dirasakan Belle. Sensasi baru merayakan pergantian tahun di pinggi sungai Hun dan ada sensasi baru yang menghinggapi hati nya. Entah apa sensasi itu tapi ia sangat menikmati malam tahun baru ini , meski harus terpisah dari keluarga.
“Yeolchan dimana ibumu dan Yerim>”
“Mungkin mereka sudah pulang.”
“Hmmm, begitu. Yeolchannnn, aku lapar. Ayo kita beli sesuatu”
“Oke........kau yang akan membayarnyakan Belle?? Hahhaha”
“hehhh....yakkk Yeolchannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn”

END

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar