Bad Day or Good Day
Menjadi seorang “Fans”, pastinya seseorang akan rela melakukan apa saja demi sang idola. Entah meski harus mengeluarkan banyak uang, mengantri sekian jam, atau bahkan tidak jajan selama di sekolah. Menjadi fans sendiri bisa di bedakan menjadi dua yang biasa-biasa aja sama fans yang fanatik, yap betul banget seperti Ara. Seorang fans fanatik dari para hallyu music korea, sebenernya bukan fanatik mengenai musiknya aja tapi Ara suka juga dengan drama-drama korea yang kita tahu bernuansa romance dan juga budaya korea. Bagi Ara korea itu udah bagaikan negara ke-2 untuk nya.
Matahari sudah menunjukan sinarnya, hari apa hari ini? yap hari ini hari minggu tepat tanggal 27 Mei. Hari yang ditunggu-tunggu Ara sejak berminggu-minggu yang lalu. Tanpa sedikit pun kemalasan untuk bangun dihari MInggu seperti biasa, tapi kini Ara segera melesat dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Tak lebih dari 30 menit kini Ara telah rapi dan bersiap untuk memulai harinya yang telah ditungu-tunggu itu. Dengan gerakan kedua ibu jarinya yang cepat ia mengirim sebuah pesan melalui ponsel. “Shinning star like a little diamond makes me love neaga kkoomgyegateun” dering di ponsel Ara berbunyi, dengan cepat ia meraih ponselnya.
“Hallo, Rul lo udah siap kan?”
“Iya, hallo Ra. Udah kok lo jalan sekarang gih. Ntar kalau udah mau sampe dia haltenya sms gue oke”
“Sip, oke. Gue jalan sekarang ya.”
“Oke, buruan.”
Setalah menerima telepon itu Ara segera keluar dari kamarnya dan berpamitan pada sang mama, yang memang sudah tau kalau hari itu anak nya akan ada acara di luar.
“Mah, berangkat ya. Assalamualaikum.”
“Iya Ra. Waalaikumsalam.”
Ara keluar rumah dengan langkah yang cepat karena sudah tidak sabar lagi. Hari yang ia tunggu, semua rencana yang ia susun, betapa senangnya membayangkan hari ini. Hari dimana Ara dapat menunjukan bagaiman kesukaanya terhadap hallyu musik korea. Dinaiki nya bis dan memilih duduk dekat pintu bis, Nampaknya keadaan di jalan saat ini tidak mendukung kebahagiaan Ara, jalan saat ini benar-benar macet. Hari yang tadinya begitu cerah dengan seketika berubah, awan mulai mengitam, dan tak lama hujan turun. Jam tangan Ara sudah menunjukan pukul sepuluh tepat, tapi Ara masih berada di dalam bis.
Untungnya keberuntungan masih sedikit berpihak pada Ara hari ini. Ara sampai di halte tempat dia janjian bersama Nurul temannya. Hujan pun kini sudah cukup reda, Setidaknya tidak sederas saat Ara di dalam bis tadi. Segera Ia keluarkan ponselnya dari saku celana dan secepat mungkin mengirim pesan pada Nurul. Nurul yang jarak dari rumahnya tidak begitu jauh dari halte itu, sgera berangkat.
“Si Nurul lama banget sih, rumahnya deket juga.” gerutu Ara.
Baru sebentar hujan itu reda dan sekrang hujan itu kembali turun, dan kali ini benar-benar deras. Para pengemudi motor di jalan itu mau tidak mau harus berhenti dan bertuduh di halte tempat Ara menuggu Nurul. Awalnya hanya satu dua orang pengemudi yang berteduh hingga halte itu kini benar-benar penuh dengan kerumunan orang. Sebagian dari orang itu kebanyankan laki-laki. Ara harus rela berada di tengah-tengah diantara orang-orang itu, tanpa dapat melihat apapun di karenakan tinggi badan oran-orang di depan Ara cukup baginya bagaikan tiang bendera sangat tinggi. Ara terus berharap dalam hatinya agar Nurul cepat-cepat datang. Di keluarkannya kembali ponselnya dan kali ini ia memutuskan untuk menelepon Nurul.
“Halo, Rul lo dimana sih?”
“Ra maaf banget gue lagi neduh ini di warung, abisan gue enggak bawa payung.”
“Hemm, yaudah deh. Tapi kalau ujannya udah reda lo buruan jalannya.”
“Sip Ra, oke.”
Cukup lama hujan itu turun deras dan akhirnya ia mereda, tak lama dari hujan itu reda Nurul yang ditunggu-tunggu datang juga. Dengan celana yang cukup basah Nurul menghampiri ara.
“Ra, gila ya ujannya deres banget.”
“Iya Rul, padahal tadi pagi cerah banget, eh sekarang malah mendung gini.”
“Perubahan cuaca Ra.”
“Yap, yaudah yuk, langsung naik aja tuh bis nya udah ada.”
Sepertinya cuaca benar-benar tidak ingin acara Ara sukses. Tepat saat ia turun dari bis dan akan menyebrang menuju mall tujuannya, hujan turun amat deras. Hingga Ara dan Nurul harus berlari cukup kencang agar mereka tidak basah kuyup. Tanpa memikirkan malu karena keadaan mereka yang basah, Ara dan Nurul segera memasuki mall itu dan segera menuju toilet. Di dalam toilet mereka merapikan diri dan bersiap untuk pergi ketempat yang mereka rancanakan. Di dalam toilet itu ternyata ada dua orang juga yang sepertinya punya tujuan yang sama.
“Permisi, mau ke X2 ya.?” tanya salah seorang dari kedua orang itu.
“Iya, mau kesitu juga?”
Iya, bareng ya?”
“Oke, yuk.”
Ternyata tebakan Ara sangat tepat, antrian sudah terbentuk panjang. Yah terpaksa lah Ara dan Nurul harus rela antri di bagian belakang. Kalau dihitung dari depan mungkin Ara adalah orang ke 989 karena begitu panjangnya antrian itu. Padahal untuk bisa mengikuti meet and greet itu Ara harus rela tidak jajan selama 2 minggu lebih, membatalkan semua acaranya hari ini dan kalau sampai hari ini dia gagal bertemu dengan para member 2AM. Boyband asal korea, yang memang kedatanganya cukup Ara terutama Nurul tunggu.
“ Gila rul, antriannya. Gimana nih? “
“Ya kita haru tetep antri Ra, gila aja kalau udah sampe sini tapi kita enggak jadi ikut.”
“Oke, Hwaiting Rul.”
“Hwaiting”
Cukup lama mereka mengantri tanpa antrian itu tidak beranjak sedikit pun, dan setelah waktu yang lama itu pihak panitia mulai membuka pintu café dan antrian mulai bergerak. Keadaan di antrian benar-benar padat, dorong mendorong tidak dapat dihindarkan, Bayangkan saja Ara dan Nurul yang tadinya berdiri sejajar kini terpisah cukup jauh, Ara berada jauh di belakang Nurul. Keadaan begitu panas dan sesak, dan ketika Ara menoleh ke sampingnya didapatinya pemandangan yang begitu meneyegarkan mata. Seketika objek yang menyegarkan mata itu melihat Ara tepat di matanya, dan “klik” Ara langsung salah tingkah.
“Annyeonghaseyo.” sapa seorang cowok, objek yang sedari tadi Ara perhatikan itu.”
“Annyeong,” Jawab Ara ragu-ragu.
“Renaldo imnida, chingu suka 2AM ya.”
“Ara imnida, ya gue suka 2AM juga.
“Oh, ngantri sendrian?”
“Enggak tadi awalnya sama teman tapi eh dia kedorong tu ada di depan, kalau lo?” Ara coba untuk bertanya.
“Gue, sendirian. Sebenernya enggak suka-suka banget, tapi emang kebetulan aja lagi bisa liat dan ada waktu.”
“Eumm, sama sih, gue juga engak suka-suka benget tapi ya kerena temen gue tu udah ngebet banget pengen liat 2AM jadi ikutan deh, heheh.”
“Hahaha, antriannya parah banget ya, gila ini panasnya.” ucap cowok itu dan membuat Ara semakin salah tingkah.
“Iya nih parah banget,”
“Kalau boleh tau, lo masih sekolah ya? SMA?” tanya cowok itu tanpa basa basi.
“HE-eh , iya tapi bukan SMA gue masih SMP , lo juga pasti masih sekolah kan? pasti SMA?”
“Oh, salah dong gue, hehehe. Gue juga masih sekolah SMP juga kelas 9 sih.” jawab cowok itu dengan santainya.
“Lo kelas 9, sama dong gue juga, hehehe.”
Seketika Ara nyaman dengan percakapan itu hingga ia lupa, kalau sekarang ia berada di tengan-tengah antrian. Antrian itu kembali bergerak hingga Ara terdorong kedapan sampai sejajar kembali dengan Nurul.
“Ra, lo dimana tadi, Sorry ya gue kedorong-dorong jadi ninggalin lo.”
“Di belakang Rul, woles aja lah. Eh tau nggak tadi gue ketemu siapa?”
“Siapa Ra?Joongwoon, apa teachoon? Aoa jangan-jangan Kim soo hyung?”
“Ah, ngaco lo, ya kali Joongwoon, Teachoon, sama Soo-hyun ikutan ngantri. Bukan-bukan tapi gue ketemu orang yang ya, lumayan mirip kimbum.”
“Yeh, gue kira siapa. Mirip kimbum, yakin lo? mau liat, siapa namanya?”
“Renaldo, ada tuh dibelakang.”
“Yaudah ntra kalau udah masuk terus kita ketemu kenalin ke gue ya.”
“Oke, pastinya itu.”
Akhirnya perjuangan Ara dan Nurul untuk mengantri cukup lama akan segerea terbaya. Sebentar lagi antrian mereka akan sampai di depan pintu café itu dan itu tandanya bahwa mereka akan segera masuk kedalam dan akan segera melihat member-member 2AM. Saat antrian itu mulai bergerak Ara dan Nurul sudah sangat dan Amat senang, tapi dengan secepat kilat kesengan itu hilang.
“Maaf mba antrian kami hentikan karena kapasitas di dalam café sudah penuh.” Ucap salah satu pegawai café itu.
Satu kalimat yang bisa merusak semua mimpi Ara, satu kalimjat yang menyia-nyiakan semua usaha nya.
“HAH? APA pak, udah penuh? enggak mungkin dan enggak bisa gitu dong pak. Kapasitas café ini kan 1500 orang dan saya yakin pak di dalem belum sampe seribu orang. Enggak bisa gitu. “ teriak Ara dan para pengantri di belakang yang jelas-jelas tidak terima dengan kebijakan panitia.
“Iya-iya tapi di dalem itu udah penuh, jadi maaf yang di luar ini sudah tidak bisa masuk.”
“Enggak bisa gitu pak, gimana sih.” teriak seorang pengantri cewek di belakang Ara.
Ara dan Nurul benar-benar kesal, kecewa, marah. Mereka meninggalkan antrian itu bersamaan dengan para pengantri lainnya. Entah apa yang bisa mereka katakan lagi, terlebih lagi Nurul ia benar-benar sedih karena kehadiran 2AM itu sudah ia tunggu dari masih isu-isu belaka hingga itu benar adanya. Mereka berdua terduduk lemas di lobi mall itu bersama beberapa fans dari 2AM juga yang tidak bisa masuk keacara itu.
“Lo percaya takdirkan Rul?” tanya Ara ragu-ragu.
“Iyalah” Jawab Nurul ketus
“Nah mungkin ini yang namanya takdir Rul. Kita dan orang- orang di sini emang mungkin belum di takdirin bisa liat oppadeul 2AM.” ucap Ara
“Mungkin iya ini takdir, Hemm” Nurul menarik nafasnya panjang.”
“Iya kan ini takdir, setuju kan. Yaudah kalau gitu kita biarin aja, sekarang gimana kalau kita makan aja, mau nggak?” bujuk Ara pada sahabatnya ini yang terlihat seperti orang habis di putusin pacar atau orang abis kehilangan mobil yang harganya ratusan juta.”
“Oke deh, Ayo kita jalan aja. Hwaiting.” ucap Nurul mulai bersemangat.
“Hwaiting.”
Mereka pun meninggalkan lobi itu dan menuju kesalah satu restoran cepat saji di mall itu. Mencoba melupakan semua yang telah mereka lalui tadi.
“ Makan apa Ra?” tanya Nurul selagi melihat-lihat papan menu yang tertera.
“Gue, ayam sama nasi, Minumnya Mocca aja Rul.”
“Oke deh. Eh Ra mending lo cari tempat duduk dulu, ini biar gue aja yang ngantri gimana?”
“Sip deh Rul.”
Ara meninggalkan Nurul di antrian pesanan makanan itu, dan mulai mencari tempat duduk. Sepertinya kesialan tak berhenti mengikuti mereka, karena ternyata di restoran itu tak ada satu pun meja kosong.
“Gila, sial banget gue hari ini.” keluh Ara. Namun tak disangka ada suara yang memanggil namanya.
“Ara?”
Ara dengan sigap menoleh ke sumber suara itu dan ternyata dia adalah Renaldo.
“Hei” sapa Ara
“Enggak dapet bangku ya?” tanya renaldo yang ternyata sedari tadi memperhatikan Ara.
“ Iya nih. Padahal tuh temen gue udah selesai mesennya.”
“Yaudah sini aja bareng gue, lagian gue juga sendiri. Itu sih kalau lo sama temen lo mau.”
“Emm, yaudah deh nggak apa-apa yang penting dapet tempat duduk.”
Nurul menghampiri mereka berdua seraya terheran-heran.
“Rul kenalin nih, orang yang mirip kimbum yang gue bilang.” ucap Ara sambil senyam-senyum
“Annyeong haseyo Nurul imnida.”
“Annyeong haseyo Renaldo imnida.”
Mereka bertiga makan bersama dan hanyut pada pembicaraan seputar hallyu musik korea. Sepertiyna Nurul dan Ara juga sudah tidak mengingat akan semua usaha sia-sia yang mereka lakukan hari ini.
“Iya tuh Do, Gue sih suka banget sama Donghae oppa, gila manis banget.”
“Apaan, deh lo Ra. Orang cakepan Siwon oppa, ya kan Do”
“Hahaha, lo berdua ada-ada aja deh. Cakepan Suzzy kemana-mana.”
“Lah lo mah Do, orang kita lagi ngomongin SUPER JUNIOR, kenapa jadi nyambung ke Miss A. Ah males banget deh gue.”
“Wahahaha, lagian lo berdua orang gue cowok nanya cakepan siapa. Ya cakepan gue lah.”
“Wuihh, Mianhe ya Do. Lo boleh mirip kimbum tapi kalau dibandingin sama oppadeul Suju jelas jauh banget banget.”
“Iya Do sesuju gua ama Nurul, lo sih kalau dibandingin sama Suju enggak ada apa-apanya.”
“Wahahaha, siapa juga yang mau dibandingin ama suju orang gue Cuma bilang kalau gue cakep.”
“Dasar lo, pede gila, hahahaha.”
“Eh-eh dari pada lo berdua dibandingin sama Heechul hyung, pasti cantikan Heechul hyung kemana-mana” ledek Renaldo.
“Yehh, sembarangan aja, tapi iya juga sih Rul kita kalah cantik sama Heechul oppa padahal kan oppa cowok, ya?”
“Ahh, gila lo berdua udah tau Heechul oppa itu namja mana mungkin cantik. Lo lagi Rul iya-iya aja. Itu mah si Renaldo ngomong karena emang kalah saing dia sama oppadeul suju.
“Wahaha, dasar masih aja gue di bilang kalah saing. Liat ntar beberapa tahun lagi smash aja kalah ama gue. hahaha.”
“Ih Renaldo kita tuh lagi ngomongin hallyu korea kenapa jadi ke smash sih, gila lo.”
“Tapi tenang Rul, beberapa tahun lagi kita akan mengalahkan 7icons, wahahaha.”
“Wahahaha, betul tuh Ra, kita kalahkan mereka. Hahahaha” sambung Renaldo
“Hahaha, sesuju Do” timpal Ara kembali
“Yehhh, emang dasar gila lo berdua, hahahaha.”
Mereka benar-benar hanyut pada pembicaraan ini. Kebersamaan meraka itu tidak berakhir di restoran itu saja tetapi tetap berlanjut hingga saat ini. Entah mungkin ini yang di sebut takdir. Mereka bertiga kini telah menjadi sahabat yang begitu dekat dan akan terus memberikan hal positif untuk satu sama lainnya.
*Hi readers .... hahaha. Kali ini ngepost cerpen yang udah lama banget. Ini cerpen jamannya kelas 10 (kalau nggak salah). Ceritanya masih biasa sekali, karena pas itu (bahkan sampai saat ini) masih dalam proses belajar buat bisa bikin tulisan yang lebih baik. Yupss sedikit aja mungkin cuap-cuap disini. Mohon maaf bila ada kesamaan nama dan tempat karena cerpen ini hanya fiktif belaka. heheh ^^
- B. A. T
0 komentar:
Posting Komentar