METODE ILMIAH

by 22.35 0 komentar




A.     PENDAHULUAN
Ilmu alamiah dasar atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science) merupakan ilmu pengetahuan yang menjelaskan tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja dan ilmu yang hanya berbicara tentang bagaimna metode-metode ilmu kealaman dalam menjelaskan gejala-gejala alam lebih secara filosofi. IAD merumuskan pemikiran yang selalu di landasi oleh realisme, karena ilmu sains ini berbicara tentang metode-metode alamiah dan gejala-gejala alamiah sehingga tidak dapat lepas dari realitas objek-objek materi yang dapat dilihat oleh indra.
Sedangkan ilmu alamiah dasar menurut Abdulah Aly dan Eny Rahma (2006: V) “Ilmu Alamiah Dasar” merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Teknologi”.
Jadi, pengertian ilmu alamiah yang saya ketahui itu adalah pengetahuan dasar yang mempelajari alam semesta,dan dapat dikatakan sebagai konsep awal terbentuknya ilmu pengetahuan alam. Yang dapat dipelajarinya dengan cara metode-metode atau prinsip-prinsip yang tidak dapat lepas dari kenyataan (realitas).
Ilmu alamiah dasar yang mempelajari dasar-dasar alamiah secara universal atau keselururan tapi yang mencakup dasar-dasarnya saja. Ilmu alamiah selalu merumuskan masalahnya dari gejala-gejala yang realitas sehingga metode yang dapat digunakan dalam ilmu alamiah dasar adalah metode-metode yang tidak lepas dari objek-objek materi yang dapat dilihat dan dirasa oleh panca indra. Metode-metode yang digunakan dalam menapsirkan Ilmu Alamiah Dasar adalah metode-metode alamiah yang dapat di lihat oleh indra sehingga,tidak dapat dengan mudah untuk mengambil keputusan untuk membuat prinsip mengenai ilmu alamiah dasar jika tidak ada realitanya.


B.      TEORI
1.       PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA
Manusia sebagai makhluk berpikir diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri.Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untik menjelaskan gejala-ejala alam serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dan akhirnya manusia dapat mengumpulakan pengetahua.Pengetahuan yang terkumpul semain banyak disebabkan rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang juga daya pikirnya, pada hewan usaha untuk eksplorasi kea lam sekitar di dorong oleh instink yang terpusat pada usaha untung mempertahankan dan melangsungkan kehidupan.
·         Sifat Unik Manusia
 Bumi tempat manusia hidup berisi dua mancam makhluk : benda yang sifatnya anagonis dan makhluk yang sifatnya organis. Yang pertama sering dirsebut sebagai benda mati dan yan kedua disebut makhluk hidup. Benda mati tunduk pada hukum alam(deterministis), sedangkan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis). Masing-masing memiliki tingkat-tingjat dalam perwujudnya.
Benda bersifat mati, tetap dan tunduk pada hukum alam, sehingga tidak memiliki perilaku. Benda tidak bergerak atas ekmauan atau kekuatan sendiri, melaikan oleh kekuatan luar.
Makhluk organis memiliki kehdiupan sehingga mempunyai perilaku. Secara umum makhluk-makhluk tersebut makhluk hidup memiliki beberapa prinsip yang sama, antara lain, daya gerak, naluri untuk mempertahankan diri, serta unutk mengembangkan keturunannya.
Perbedaan manusia degnan binatang, nampak lebih jelas bila dirinci lebih jauh:
a)     manusiadapt berpikir sehingga merupakan makhluk yang cerdas atau bijaksana
b)     manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya, sehingga disebut manusia kerja
c)      manusia dapat berbicara sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampikan melalui bahasa kepada manusia lain
d)     manusia dapat hidup bermasyarkat
e)     manusia dapat mendagakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi
f)       manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memilki kemampuan yang lebih hebat dari manusia , sheingga menjadi manusia berkepercayaan atau beragama.

·         Rasa ingin tahu
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan cirri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris).
Dengan pertolongan akal budinya manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat dipecahkan maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya. Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya. Sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan.
Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a.            Penyelidikan langsung.
b.           Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain.
c.            Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.
2.       MITOS, PENALARAN, DAN CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.
Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia misalnya:
·         Alat Penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
·         Alat Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
·         Alat Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis,masam ,asin dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
·         Alat Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam  penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan?
Pengetahuan manusia dimulai dari rasa ingin tahu manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu ini sudah dimiliki manusia sejak kecil. Banyak cara untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia. Anak yang belum dapat bertanya senang mencoba-coba hal yang tidak diketahuinya. Sebagai contoh, anak kecil senang memasukan barang-barang ke dalam mulutnya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Di tahap selanjutnya anak-anak akan banyak bertanya contohnya “itu apa ?”, “ini bagaimana?” itu hal yang lumrah dilewati oleh manusia untuk pengembangan diri. Rasa ingin tahu tersebut akan terpuaskan bila diperoleh pengetahuan yang dia pertanyakan dengan hal yang benar.
Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan ilmiah. Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.
1. Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.
2. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.
3. Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.
4. Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.
5. Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.
6.Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.

3.      METODE ILMIAH
Dalam metodologi ilmiah, harus memenuhi persyaratan empiris, obyektif, rasional dan sistematis.
Empiris 
Berarti suatu kebenaran berdasarkan pengalaman yang dapat ditangkap dengan panca indera, dan dapat dibuktikan. Padahal sebagaimana dalam uraian mengenai kelemahan panca indera kita yang tidak pernah mampu berfungsi terhadap seluruh obyek dan mampu menangkap dengan tepat apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Maka pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman berdasarkan panca indera, tak sepenuhnya benar.
Obyektif
Berarti suatu kebenaran harus mengandung nilai obyektifitas, berdasarkan fakta yang menjadi obyek pengetahuan, bukan berdasarkan yang menilai atau yang mengamati (subyek-nya). Dalam kenyataannya, banyak pengetahuan yang dijadikan sebagai kebenaran hanya atas asumsi dan dugaan sementara dari orang perorang. Jadi kebenaran tersebut sebenarnya bersifat subyektif, yang belum tentu dapat diterima oang lain.
Rasional
Berarti kebenaran tersebut bersumber dari akal (rasio) atau pikiran manusia, dimana pengalaman-pengalaman hanya sebagai perangsang bagi pikiran. Kebenaran demikian merupakan kesimpulan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dan menjadi pengetahuan dalam akal manusia. Namun pada realitasnya banyak kebenaran yang tidak masuk diakal, yang tidak rasional namun diikuti oleh banyak orang dan dijadikan sebagai sebuah kebenaran.
Sistematis
Berarti berurutan, yakni dalam menemukan kebenaran harus melalui proses yang berurutan. Sistematis sebagai sebuah metode bisa menjadi keharusan, namun tahapan yang dikerjakan secara berurutan itu belum tentu sebagai kebenaran yang hakiki. Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut diatas maka metodologi ilmiah sebagai cara untuk menemukan kebenaran tidak bisa untuk dijadikan patokan secara mutlak. Kebenaran yang didapat dari metodologi ilmiah sebatas kebenaran yang relatif, bahkan terkadang tidak konsisten dengan persyaratan ilmiah itu sendiri.
Metode ilmiah dan langkah-langkah operasionalnya
Metode ilmiah adalah cara atau prosedur dalam memperoleh pengatahuan secara ilmia. Langkah-langkah dalam menetapkan metode ini tidak dapat selalu harus urut, yang penting pemecahan masalah untuk mendapatkan kesimpulan umum hanya didasarkan atas data dan diuji dengan data bukan oleh keingan,prasangka, kepercayaa, atau pertimbangan lain.
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam memperlajari ilmu alamiah. Pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu, yakni sifat rasional dan teruji, sehingga pengetahuan yang disusun dapat diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah menggabungkan cara berpikir induktif dan deduktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Cara bepikir deduktif terkait dengan pengetahuan rasionalisme. Pengetahuan ini memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Rasionalisme adalah paham yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran.
Cara berpikir induktif adalah cara berpikir ynag menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari pernyataan khusus. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup terabtas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri dengan pernyataan bersifat umum. Cara berpikir induktif terkait dengan empirisme,dimana dibutuhkan fakta-fakta yang mendukung.
Dalam metode ilmiah pendekatan rasioanal digabungkan degnan perdekatan empiris. Secara sederhana hal ini berati bahwa semua teori limiah harus memenuhi 2 syarat utama yaitu:
a. harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dealam teori keilmuan secara keseluruhan.
b. harus cocok degnan fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun konsistennya jikatidak didukungoelh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Langkah-langkah metode ilmiah :
a.            Perumusan msalah
yang dimaksud dengan masalah merupakan pertanyaan apa,mengapa,atau bagaimanay tentang suatu obyek yang diteliti. Masalah ini harus jelas batasannya serta dikenal faktor-faktor yang mempengaruhinya
b.            Penyusunan hipotesis
merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban pertanyaan yand diajukan, materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan
c.            Pengujian hiptesis
merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta tersebut mendukung hiptesis atau tidak
d.           Penarikan kesimpulan
penarikan kesimpulan didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta unutk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau tidak. Hipotesis diterima apabila fakta ynag dterkumpul itu mendukung hiptesis tersebut.
Hipotesis yang telah teruji kebenarannya, dianggap sebagai pengetahuan baru dan diterima sebagai bagian dari ilmu atau baigan dari teori ilmiah. Secra luas teori ilmiah dapat diartikan sebagai sautu penjelasan teoritis mengenai suatu gejalan alam tertentu.
Pengetahuan ini kemudian dapat digunakan untuk penelahaan masalah lain,yaitu dapat dipakai sebagai premis dalam usaha kita menjelaskan berbagai gejala lain. Dengan demikian maka proses kegiatan ilmiah mulai berputar lagi. 
C.      ANALISIS
Metode Ilmiah diawali dengan adanya perkembangan pikiran manusia. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang unik dan memiliki rasa ingin tahu. Dari rasa ingin tahu inilah lahir secara tidak langsung cara-cara memperoleh ilmu dan pengetahuan.  Cara memperoleh ilmu pengetahuan ini terbagi menjadi dua yaitu secara ilmiah atau secara penalaran.
Cara memperoleh pengetahuan secara penalaran biasa disebut sebagai cara yang non ilmiah. Dari yang telah dijelaskan, cara-cara tersebut terdiri dari prasangka,intuisi,coba-coba. Sedangakan cara yang disebut sebagai cara ilmiah adalah cara memperoleh ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah
Perbedaan dari cara non ilmiah dan ilmiah terdapat pada syarat-syarat memperoleh pengetahuan tersebut dan juga dari langkah-langkah yang dilalui. Secara singkatnya pengetahuan yang didapat secara non ilmiah tidak dapat diuji kebenarannya. Karena tidak adanya proses yang empirik dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Langkah-langkah dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah atau yang kita sebut sebagai metode ilmiah melibatkan diantara :
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primair.
6. Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat Laporan

Keunggulan dari metode ilmiah adalah kebenaran dari hasil yang didapat. Dengan memperoleh pengetahuan melalui metode ilmiah, kelak hasil yang dapat dapat digunakan kemabali untuk masalah dan gejala serta pengetahuan baru yang ingin dibuktikan. Sedangkan keterbatasan dari metode ilmiah adalah adanya sejumlah aturan dan syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan metode ilmiah. Dari syarat-syarat tersebutlah suatu metode atau penelitan dapat dikatan ilmiah ataupun tidak.  



Sumber : E-Learning Gunadarma

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar